WARTAGARUT.COM – Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Enjang Tedi SSos. MSos, menyoroti pentingnya acara workshop penyusunan modul Ajar Diferensiasi Terintegrasi KSE (Kompetensi Sosial Emosional) dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia se Kabupaten Garut dilaksanakan di Aula Gedung BJB Garut, Selasa (18/7/2023).
“Acara ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi antar guru bahasa Indonesia, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para guru dan menyamakan modul belajar yang akan diajarkan kepada siswa,”Kata Enjang Tedi
Dalam workshop tersebut, kata Enjang Tedi, Para guru bahasa Indonesia dapat mengelompokkan siswa berdasarkan kompetensi mereka, seperti kelompok visual, auditori, dan kinestetik.
Hal ini memungkinkan para guru untuk menyesuaikan modul ajar yang berbeda-beda dan disampaikan sesuai dengan potensi dan gaya belajar siswa.
“Dengan adanya modul ajar yang beragam, diharapkan siswa dapat lebih terlibat dan memperoleh pemahaman yang lebih baik,”ujar Enjang Tedi Anggota Fraksi PAN DPRD Jawa Barat.
Enjang Tedi menjelaskan bahwa workshop ini mengusung konsep pembelajaran diferensiasi terintegrasi KSE (Kompetensi Sosial Emosional).
Modul ajar merupakan alat yang dirancang secara sistematis dan menarik, yang meliputi media, metode, petunjuk, dan pedoman pembelajaran.
“Dalam diferensiasi pembelajaran, guru melakukan perencanaan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kompetensi mereka, seperti kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah,”ujar Enjang Tedi Wakil Ketua DPW PAN Jawa Barat.
Selain itu, kata Enjang Tedi, workshop juga mempertimbangkan gaya belajar siswa, yaitu kelompok visual, auditori, dan kinestetik.
Dengan memahami gaya belajar siswa, guru dapat menyusun modul ajar yang sesuai dengan potensi siswa tersebut.
Hal ini akan membantu siswa dalam memperoleh pemahaman yang lebih baik dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Ia menerangkan bahwa KSE (Kompetensi Sosial Emosional) juga menjadi fokus dalam pembelajaran, dimana siswa akan mengembangkan keterampilan sikap dan nilai-nilai yang diperlukan dalam berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
“Pembelajaran ini melibatkan pengelolaan diri, kesadaran diri, keterampilan sosial, serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,”kata Enjang Tedi.
Dengan adanya acara workshop penyusunan modul ajar berdiferensiasi terintegrasi KSE ini, diharapkan para guru bahasa Indonesia di Kabupaten Garut dapat menyampaikan modul ajar bahasa Indonesia yang lebih variatif sesuai dengan potensi dan gaya belajar siswa.
“Modul ini akan memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif bagi siswa,”pungkasnya.***