WARTAGARUT.COM – Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) sekaligus Guru Besar IPB, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., menyambut baik rencana STIKes Karsa Husada Garut yang akan dikembangkan menjadi institut dengan penambahan program studi baru, termasuk Program Studi Gizi.
Pernyataan ini disampaikan Prof. Hardinsyah dalam sebuah seminar Nasional tentang gizi yang digelar oleh STIKes Karsa Husada Garut yang dihadiri secara online dan offline oleh peserta dari berbagai kalangan.
Ia menyebutkan bahwa Pemilihan topik seminar ini sangat relevan dengan upaya pencegahan kesehatan yang harus dilakukan sedini mungkin.
“Kami juga mendukung rencana pengembangan STIkes Karsa Husada Garut menjadi institut dan penambahan Program Studi Gizi, sangat kami sambut baik,” ungkap Prof. Hardinsyah.
Sebagai Ketua Umum AIPGI, Prof. Hardinsyah berharap agar penerimaan mahasiswa untuk Program Studi Gizi di STIKES Garut dapat dimulai tahun depan bersama dengan program studi lain seperti farmasi, kebidanan, dan keperawatan.
Menurutnya, integrasi lintas profesi dalam bidang kesehatan menjadi sangat penting, terutama dalam penanganan pasien yang melibatkan berbagai tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, hingga ahli gizi dan farmasi.
“Ketika menangani pasien, dibutuhkan kerja sama lintas profesi. Hal ini akan semakin holistik jika tenaga kesehatan telah dibekali dengan keterampilan kerja sama lintas profesi sejak menjadi mahasiswa,”tuturnya.
Prof. Hardinsyah mengungkapkan bahwa Kebutuhan tenaga gizi semakin meningkat, apalagi jika program makan bergizi gratis untuk anak sekolah yang akan dimulai tahun depan oleh presiden baru terlaksana.
Ia juga menambahkan bahwa program ini akan membuka peluang besar bagi tenaga gizi, terutama dalam mendampingi program makan bergizi untuk anak sekolah yang selama ini belum tersentuh secara luas.
“Bayangkan jika ada jutaan anak sekolah di Indonesia yang mendapatkan makanan bergizi, maka diperlukan tenaga gizi yang mendampingi untuk memberikan edukasi terkait gizi. Edukasi ini penting agar program tersebut berkelanjutan dan membawa dampak positif bagi generasi muda,” jelasnya.
Prof. Hardinsyah juga menekankan pentingnya sertifikasi untuk tenaga gizi yang bekerja di sektor kesehatan.
“Saat ini, baru sekitar 70 persen puskesmas di Indonesia yang memiliki tenaga gizi. Dengan adanya program studi gizi di STIKes Karsa Husada Garut, diharapkan lulusan nanti bisa memenuhi kebutuhan ini, tentunya setelah mendapatkan sertifikasi STR (Surat Tanda Registrasi),” tambahnya.
Ia berharap agar rencana pengembangan STIKes Karsa Husada Garut menjadi institut, beserta penambahan program studi baru, dapat segera direalisasikan.
“Persyaratan sudah dipenuhi, tinggal menunggu keputusan dari pemerintah. Mudah-mudahan prosesnya berjalan lancar, sehingga STIKes Karsa Husada Garut dapat segera menjadi institut dengan program studi gizi sebagai salah satu unggulannya,” pungkas Prof. Hardinsyah.***
Penulis : Soni Tarsoni