WARTAGARUT.COM – STIKes Karsa Husada Garut resmi meluncurkan program Gerakan Bersih dan Rapih (GBR) pada Jumat, 4 Juli 2025.
Acara peluncuran yang berlangsung di halaman Kampus 2 STIKes ini diresmikan langsung oleh Wakil Bupati Garut, drg. Hj. Luthfianisa Putri Karlina, M.BA.
Dalam sambutannya, Putri Karlina menegaskan bahwa masalah lingkungan di Garut sudah sangat krusial dan tidak bisa dianggap sepele.
Ia menyoroti persoalan banjir dan longsor yang belakangan sering terjadi akibat pengelolaan sampah yang kurang baik.
“Kalau dikasih hujan dua hari saja, Garut langsung banjir. Bahkan kemarin ada lebih dari 40 titik banjir dan beberapa titik longsor sampai ada korban jiwa,” ungkap Teh Putri.
Ia menambahkan bahwa permasalahan utama bukan hanya kurangnya fasilitas, tetapi kurangnya kesadaran masyarakat.
“Percuma tempat sampah ditaruh di tiap titik kalau tutupnya diambil, besinya dibongkar. Investasi terbesar hari ini adalah kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan,” tegasnya di hadapan mahasiswa STIKes.
Teh Putri juga membagikan kisah pribadinya dalam mengelola sampah rumah tangga. Ia memilah sampah organik dan anorganik, membuat kompos dari sisa makanan, bahkan memanfaatkan maggot sebagai pakan lele di rumahnya.
“Kalau semua orang memulai dari rumah, kerja Dinas Lingkungan Hidup akan jauh lebih ringan. Kita harus mulai dari hal kecil yang berdampak besar,” jelasnya.
Ketua STIKes Karsa Husada Garut, H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes., menyampaikan bahwa GBR adalah bagian dari komitmen institusi untuk mencetak lulusan yang tak hanya unggul secara akademis, tetapi juga sehat fisik dan mental serta peduli lingkungan.
“Kami ingin mahasiswa menjadi role model, tidak hanya pintar, tapi juga sehat dan punya karakter kuat,” ujarnya.
Ia juga mengumumkan perubahan jadwal perkuliahan setiap Jumat. Mahasiswa akan didorong untuk memulai hari dengan kegiatan olahraga dan bersih-bersih lingkungan sebelum masuk kelas setelah salat Jumat.
Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada Insani Garut, Dr. H. Hadiat, MA., menyebut GBR sebagai bagian dari “golden period kedua” mahasiswa—masa pembentukan karakter sebelum mereka terjun ke masyarakat.
“Kalau kita ingin seperti negara maju, kita harus membangun karakter dan soft skill. Ini ikhtiar penting yang harus dijaga,” katanya.
Sementara itu, Koordinator GBR Karnoto, S.Kep., M.Si., menjelaskan bahwa GBR terdiri dari tiga pilar utama: hidup bersih dan rapih, hidup sehat, dan hidup religius.
Kegiatan ini akan dilakukan secara harian dan periodik dengan sistem manajemen terstruktur dan SOP yang jelas.
“GBR bukan hanya program kampus, tapi akan bersinergi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan siap mendukung program pemerintah daerah,” jelas Karnoto.
Program GBR ini diharapkan mampu menginspirasi perubahan perilaku kolektif, bukan hanya di kampus, tapi juga bagi masyarakat Garut secara luas.***
Penulis : Soni Tarsoni