WARTAGARUT.COM– Masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah penyamakan kulit di Sukaregang, Garut, akhirnya menemukan solusinya.
Pengusaha muda asal Garut, H. Muhammad Rian, berhasil mengubah limbah penyamakan kulit yang dulunya menjadi permasalahan serius, menjadi produk pupuk organik cair yang kini banyak digunakan oleh petani di Jawa Barat hingga luar Pulau Jawa.
Limbah penyamakan kulit, terutama jenis fleshing yang terdiri dari sesetan daging dan lemak dari kulit hewan, biasanya dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan.
Namun, Muhammad Rian melihat potensi dalam limbah ini dan berhasil mengolahnya menjadi pupuk organik berkualitas tinggi yang setara dengan pupuk NPK, bahkan tanpa memerlukan tambahan NPK.
“Pupuk ini memiliki kandungan asam amino yang sangat tinggi, sehingga bisa meningkatkan kesuburan tanaman hingga 40%,” ujar Muhammad Rian.
Produksi pupuk organik ini mendapatkan respons positif dari para petani di Garut dan Kalimantan, yang melaporkan hasil panen yang lebih baik setelah menggunakan pupuk tersebut.
Meski produksinya saat ini masih terbatas pada 18 ribu liter per bulan, bahan baku limbah yang tersedia sebenarnya cukup untuk mendukung produksi hingga 1 juta liter per hari.
Namun, karena keterbatasan kapasitas produksi, Rian belum bisa memanfaatkan seluruh potensi tersebut.
Selain memberikan manfaat bagi pertanian, pupuk organik buatan Rian juga dijual lebih murah daripada pupuk subsidi.
Hal ini memberikan alternatif yang lebih ekonomis bagi petani, terutama dalam situasi sulit mendapatkan pupuk kimia.
“Kami berharap pupuk ini bisa membantu petani meningkatkan hasil panennya sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya semakin mahal,” tambah Rian.
Tidak berhenti sampai di situ, Rian juga tengah mengembangkan pupuk dari limbah pengapuran yang digunakan untuk menggemburkan tanah.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, inovasi ini diharapkan bisa semakin memperluas manfaat limbah penyamakan kulit yang selama ini dianggap sebagai masalah besar bagi lingkungan di Sukaregang.
“Inovasi ini bermula pada tahun 2020, ketika masyarakat Sukaregang mulai menuntut solusi atas masalah limbah penyamakan kulit yang mencemari sungai dan lingkungan sekitar,”katanya.
Muhammad Rian bahkan sempat mendapat ultimatum bahwa jika dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini, pabrik miliknya akan ditutup.
Setelah mengalami tekanan dan stres dalam mencari solusi, Muhammad Rian akhirnya bertemu dengan seorang peneliti yang membantunya melakukan riset hingga menemukan cara untuk mengubah limbah menjadi pupuk organik.
Kini, Rian bekerja sama dengan pabrik penyamakan kulit lain untuk mengumpulkan limbah agar tidak lagi dibuang ke sungai.
Produknya juga mulai dikenal di berbagai negara, dengan harapan bisa memberikan manfaat tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan petani Garut.***
Penulis : Soni Tarsoni