WARTAGARUT.COM – Semangat seni budaya Sunda berkobar di Kabupaten Garut ketika 147 peserta dari tingkat SD dan SMP ikut serta dalam Festival Tari Jaipong bertema “Ngarumat Diri Ti Leuleutik” . Acara yang digelar di Art Center Garut, Jalan Proklamasi, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut pada Sabtu (09/09/2023) ini sukses memukau seluruh penonton yang hadir. Festival ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut, Agus Ismail.
Agus Ismail, atau akrab disapa Agis, dalam Berbagainya mengungkapkan apresiasi yang tinggi terhadap Festival Jaipong tingkat SD dan SMP se-Kabupaten Garut. Baginya, seni budaya adalah sebuah aset nasional yang harus dijaga dan dikembangkan dengan penuh kecintaan.
“Di dalam seni budaya, terkandung berbagai pesan moral yang harus kita lestarikan. Alhamdulillah, kegiatan ini melibatkan para siswa SD dan SMP, sehingga kita memiliki peluang untuk mengembangkannya lebih luas lagi,” ujar Agis dengan semangat.
Di tengah arus perkembangan budaya modern yang semakin masif, Agis melihat tantangan besar dalam menjaga keaslian seni budaya khas Sunda, termasuk Tari Jaipong. Selain itu, Festival Jaipong ini dapat menjadi wahana pembelajaran yang luar biasa bagi generasi muda, mendorong mereka untuk mencintai dan mengembangkan seni tradisional.
“Mulai dari tingkat anak usia dini, SD, SMP, hingga perguruan tinggi, kami berharap ada program ekstrakurikuler atau komunitas yang berkaitan dengan seni budaya daerah ini,” tambahnya dengan penuh semangat.
Deni Supriadi, Ketua Pelaksana Festival, mengungkapkan bahwa acara ini akan berlangsung selama dua hari hingga 10 September 2023. Ada 147 peserta dari berbagai kategori, termasuk Tari Jaipong Tunggal dan Kelompok, yang mendaftar untuk ikut serta dalam festival ini.
“Jumlah peserta yang dibatasi agar kita dapat mengelola dengan baik. Ternyata, antusiasme peserta tidak hanya berasal dari Kabupaten Garut, tetapi juga dari luar seperti Tasik, Bandung, dan Sumedang. Namun, festival ini tetap menjadi milik Garut,” jelas Deni.
Deni berharap bahwa kegiatan semacam ini akan berlangsung dalam waktu yang lebih lama dan melibatkan partisipasi dari berbagai pihak dalam melestarikan dan menghidupkan kembali budaya Sunda yang begitu kaya.