WARTAGARUT.COM– Dalam beberapa bulan terakhir, apotek-apotek di Kabupaten Garut menjadi sasaran penipuan dengan berbagai modus operandi.
Ketua Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten Garut, apt. Maman Ahdiyat Sodikin, S.Si., mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua modus penipuan yang sedang marak terjadi dan menimpa sejumlah anggotanya.
“Yang pertama adalah modus pemesanan lewat WhatsApp. Pelaku memesan obat-obatan bebas seperti multivitamin yang harganya cukup mahal. Setelah memesan, pelaku meminta nomor rekening apotek untuk mentransfer uang. Namun, bukti transfer yang dikirim ternyata palsu dan jumlahnya dilebihkan,” jelas Maman Ahdiyat.
Ia menjelaskan bahwa pelaku kemudian meminta agar kelebihan uang tersebut dikembalikan dalam bentuk tunai dan dititipkan melalui ojek online.
Menurut Maman Ahdiyat, Barang-barang yang dipesan memang dikirim ke panti asuhan, tetapi panti asuhan tersebut tidak merasa memesan barang apapun.
“Uang kelebihan transfer yang dikirim melalui ojek online itulah target utama pelaku. Akibatnya, apotek merugi dua kali lipat, dari barang yang diambil dan uang kelebihan yang dikembalikan,”ungkapnya.
Kemudian kata Maman Ahdiyat, Modus kedua adalah penipuan dengan teknik hipnotis. Pelaku datang langsung ke apotek, mengaku sebagai seseorang yang berwenang, seperti sales atau utusan pemilik apotek, dan meminta uang setoran dengan nominal tertentu.
“Pelaku sepertinya sudah melakukan riset mendalam tentang apotek tersebut, termasuk mengetahui jadwal kerja, nama-nama karyawan, dan kondisi apotek,” tambah Maman Ahdiyat.
Sekretaris IAI Garut, apt. Riska Nurul Haque, S.Farm., menambahkan bahwa modus penipuan hipnotis ini bernilai jutaan rupiah.
“Pelaku bisa mengaku sebagai sales obat atau utusan dari pemilik apotek. Sasarannya lebih banyak ke apotek-apotek yang ramai dan baru,” ujarnya.
IAI Garut mengimbau seluruh apotek dan masyarakat luas untuk lebih waspada terhadap modus-modus penipuan seperti ini.
“Kami harap himbauan ini tidak hanya terbatas pada komunitas apoteker, tetapi juga sampai ke masyarakat luas. Masyarakat harus lebih jeli dan berhati-hati agar tidak menjadi korban penipuan,” tegas Maman Ahdiyat.
Dengan adanya peningkatan kewaspadaan dan saling mengingatkan, diharapkan modus-modus penipuan ini dapat diminimalisir sehingga apotek dan masyarakat tidak lagi menjadi korban.***
Penulis : Soni Tarsoni