Pendahuluan
Kabupaten Garut saat ini tengah menghadapi krisis air bersih yang semakin mengkhawatirkan, hal ini berdampak pada pasokan air PDAM.
Berdasarkan data terbaru, debit air PDAM yang tersedia di wilayah pelayanan PDAM Garut telah menurun drastis, mencapai lebih dari 30 liter per detik (l/d) selama musim kemarau sampai dengan 1 September 2024.
Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya ketersediaan air bersih terhadap perubahan lingkungan, terutama akibat degradasi hutan, penurunan vegetasi, dan pengeringan lahan pertanian.
Perubahan ini mengancam keberlangsungan sumber mata air yang selama ini menjadi tumpuan hidup masyarakat.
Krisis Air Bersih: Sebuah Realitas yang Menuntut Perhatian
Penurunan debit air yang signifikan di Kabupaten Garut adalah sebuah peringatan serius akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Hutan, yang berperan sebagai penjaga mata air, kini semakin gundul.
Pohon-pohon yang seharusnya menyimpan cadangan air telah berkurang, begitu pula lahan pertanian yang sebelumnya hijau kini mengalami kekeringan.
Akibatnya, air bersih menjadi semakin sulit didapatkan, bahkan di beberapa tempat, air bersih telah menjadi barang langka dan mahal.
Kondisi ini memaksa masyarakat untuk berjuang lebih keras demi mendapatkan air bersih.
Setiap tetes air menjadi sangat berharga, dan kebutuhan akan air bersih tidak lagi bisa dianggap sepele.
Fenomena ini memunculkan sebuah urgensi akan tanggung jawab kolektif dalam menjaga sumber daya air yang tersisa.
Tanggung Jawab Bersama dalam Menjaga Air Bersih
Menghadapi situasi ini, menjaga air bersih harus menjadi tanggung jawab bersama.
Setiap individu, rumah tangga, dan komunitas harus memiliki kesadaran akan pentingnya penggunaan air secara bijak dan efisien.
Berikut adalah beberapa langkah yang perlu diambil untuk menjaga keberlanjutan air bersih di Kabupaten Garut:
1. Penggunaan Air yang Tepat
Setiap warga harus menggunakan air dengan bijak dan tepat guna. Penggunaan air yang berlebihan dan tidak efisien harus dihindari.
Misalnya, memanfaatkan air bekas cucian untuk menyiram tanaman atau tidak membiarkan keran air terbuka tanpa perlu.
2. Pelaporan Kebocoran
Kebocoran air, baik yang disadari maupun tidak, harus segera dilaporkan. Hal ini penting untuk mencegah pemborosan air yang sangat berharga.
Peran serta masyarakat dalam melaporkan kebocoran akan sangat membantu dalam menjaga cadangan air yang ada.
3. Kerjasama Antara Pelanggan dan PDAM
Keberlangsungan aliran air bersih juga bergantung pada kerjasama yang baik antara pelanggan dan petugas PDAM. Pelanggan harus tepat waktu dalam melakukan pembayaran, sebagai bentuk dukungan terhadap operasional PDAM.
Di sisi lain, petugas PDAM harus sigap dalam menjalankan tugasnya sebagai operator, memastikan pasokan air bersih tetap terjaga dan distribusi berjalan lancar.
Kesimpulan
Krisis air bersih yang terjadi di Kabupaten Garut bukanlah masalah yang dapat diabaikan.
Ini adalah tanggung jawab bersama yang harus diatasi dengan kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait.
Dengan penggunaan air yang bijak, pelaporan kebocoran yang segera, dan kerjasama yang solid antara pelanggan dan PDAM, kita dapat menjaga keberlanjutan sumber daya air untuk generasi mendatang.
Mari bersama-sama melindungi sumber air kita, demi kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.***
Penulis: Aja Rowikarim [Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Intan Garut]