Pembelajaran Matematika di Pondok Pesantren: Kesenjangan dan Langkah Meningkatkan Motivasi

- Jurnalis

Kamis, 1 Februari 2024 - 15:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembelajaran Matematika di Pondok Pesantren_ Kesenjangan dan Langkah Meningkatkan Motivasi. Penulis: Regar Esa Nugraha. Gambar: oleh Mufid Majnun dari Pixabay dan PublicDomainPictures dari Pixabay

Pembelajaran Matematika di Pondok Pesantren_ Kesenjangan dan Langkah Meningkatkan Motivasi. Penulis: Regar Esa Nugraha. Gambar: oleh Mufid Majnun dari Pixabay dan PublicDomainPictures dari Pixabay

Saat pandemi covid-19 keberadaan pondok pesantren banyak diminati oleh para orang tua, mereka berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah berbasis pesantren. 

Hal tersebut dikarenakan sekolah yang bukan berbasis pesantren menerapkan pembelajaran daring secara full.

 Sedangkan di pondok pesantren, masih menerapkan pembelajaran tatap muka langsung tapi dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Kurikulum di sekolah yang berbasis pondok pesantren diajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti Kitab Kuning, Tahfidz, Tilawatil Quran, tasawuf, akidah, fikih, dan lain-lain. 

Selain ilmu-ilmu keagamaan, diajarkan pula ilmu pengetahuan formal pada umumnya, misalnya Bahasa Indonesia, PKN, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu alam, Ilmu Sosial, dan lain-lain. 

Karena mata pelajaran tersebut sangat dibutuhkan pada kehidupan sehari-hari. Terutama matematika, ilmu tersebut dibutuhkan santri baik saat menimba ilmu ataupun setelah lulus nanti. 

Misalnya materi Barisan dan Deret dikaitkan dengan zakat hewan ternak, materi Aljabar dengan ilmu hukum waris, dalam jual beli, perbankan, menentukan bulan-bulan penting dalam Islam (Ramadhan), logika, berpikir, pengamatan, ketelitian, membuat dugaan, keberanian dalam mencoba, dan kesabaran dan lain-lain.

Tetapi sangat disayangkan, matematika masih dipandang sebelah mata oleh sebagian santri. Mereka menganggap bahwa matematika tidak penting untuk dipelajari. 

Baca Juga :  Kampanye Unik di Pasar Andir, Helmi Budiman Ajak Warga Bermain Adu Panco

Sehingga dalam mempelajari matematika hanya untuk memenuhi kewajiban saja dan tidak ada motivasi untuk mendalami matematika secara luas dan dalam. 

Adanya kesenjangan perhatian yang terjadi pada mata pelajaran matematika dan ilmu keagamaan ini,  mengakibatkan santri malas belajar matematika dan akhirnya kurang serius ketika belajar matematika, baik ketika di kelas maupun dalam mengerjakan tugas. 

Sehingga nilai matematika santri sangat mencemaskan karena selalu dibawah batas minimal ketuntasan.

Diperlukan sebuah upaya untuk meningkatkan motivasi santri dalam mempelajari matematika, salah satunya dengan memberikan soal cerita. Karena matematika ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan soal cerita dapat mengembangkan keterampilan matematika siswa. Selain itu soal cerita juga dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep matematika. 

Pada penyelesaian soal cerita matematika, siswa harus melaksanakan langkah- langkah yang terstruktur dan logis. 

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas IX di MTs. At-Taufiq Pameungpeuk, masih ada santri kesulitan dalam mengerjakan soal cerita. 

Baca Juga :  Perumda Tirta Intan Garut Berikan Diskon Sambungan Baru, Harga Turun dari Rp. 1,4 Juta Jadi Rp. 480 Ribu

Disebabkan karena tidak mampu merubah soal cerita kedalam kalimat matematika. Mereka kesulitan dalam mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal cerita. 

Selain itu langkah-langkah penyelesaian soal cerita siswa tidak sistematis, akibatnya menjadi kendala dalam proses pengerjaannya. Kendala tersebut bisa diatasi dengan Langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah. 

Kemampuan pemecahan masalah menurut Polya, terdapat empat tahapan yang penulis rangkum diantaranya meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, membuat rencana pemecahan masalah (pemodelan matematika). 

melaksanakan rencana pemecahan masalah dan mengecek kebenaran atas jawaban yang telah dikerjakan. Dengan tahapan Polya ini, santri dapat mengerjakan soal secara struktur dan sistematis.

Dengan demikian dengan memberikan soal cerita diharapkan dapat meningkatkan motivasi santri dalam mempelajari matematika, soal cerita merupakan salah satu komponen masalah kontekstual dianggap mampu membangun motivasi santri.

Hal ini karena soal cerita itu bersifat konkret sedangkan soal yang bersifat konkret sangat disukai oleh santri, sehingga bisa meningkatkan minat santri dalam mempelajari matematika.(*)

Penulis : Regar Esa Nugraha

 

Berita Terkait

Kemenag Garut Serahkan 74 Izin Operasional untuk Pesantren, MDT, dan LPQ, Perkuat Pendidikan Keagamaan
Kepala MAN 1 Garut Apresiasi 75 Siswa yang Lolos ke PTN Tahun 2023 Melalui Berbagai Jalur
Kepala MAN 1 Garut, Sampaikan Selamat atas Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Terbaik Kemenag RI
PKKMB IPI Garut Tahun 2024-2025 Terima 2.197 Mahasiswa Baru, Siap Berikan Pembekalan Akademik dan Non-Akademik
IPI Garut Satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Priangan Timur dengan Lima Prodi Berakreditasi Unggul
UBP Kamojang Kenalkan Motor Listrik Hasil Konversi Kelompok Disabilitas dalam Peringatan HUT PLN Indonesia Power ke-29
Kepala Kemenag Garut Apresiasi MAN 5 Garut Raih Sertifikat Sekolah Adiwiyata Nasional 2024
Kemenag Garut Serahkan 36 Sertifikat Tanah Wakaf di Ponpes Darussalam Kersamanah
Berita ini 347 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 11 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kemenag Garut Serahkan 74 Izin Operasional untuk Pesantren, MDT, dan LPQ, Perkuat Pendidikan Keagamaan

Kamis, 10 Oktober 2024 - 06:19 WIB

Kepala MAN 1 Garut Apresiasi 75 Siswa yang Lolos ke PTN Tahun 2023 Melalui Berbagai Jalur

Kamis, 10 Oktober 2024 - 06:08 WIB

Kepala MAN 1 Garut, Sampaikan Selamat atas Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Terbaik Kemenag RI

Rabu, 9 Oktober 2024 - 17:59 WIB

PKKMB IPI Garut Tahun 2024-2025 Terima 2.197 Mahasiswa Baru, Siap Berikan Pembekalan Akademik dan Non-Akademik

Rabu, 9 Oktober 2024 - 17:58 WIB

IPI Garut Satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Priangan Timur dengan Lima Prodi Berakreditasi Unggul

Berita Terbaru

error: Content is protected !!