WARTAGARUT.COM – SilverQueen telah lama menjadi merek cokelat yang sangat populer di Indonesia.
Tidak sulit menemukan cokelat batangan produk SilverQueen, baik di toko-toko di pinggir jalan maupun di supermarket dan swalayan.
Dengan beragam bentuk dan rasa, produk cokelat SilverQueen juga menawarkan harga yang bervariasi.
Meskipun namanya terdengar Inggris, sebagian orang mungkin mengira bahwa cokelat SilverQueen berasal dari luar negeri.
Namun, tahukah Anda bahwa Silver Queen adalah merk cokelat asli Indonesia? Pabrik cokelat yang memproduksi SilverQueen bahkan berada di Garut.
menyebut pabrik cokelat rumahan yang berada di kota Garut itu berada di bawah bendera NV Ceres. Pemiliknya orang Belanda.
Berdasarkan Buku 50 Great Business Ideas from Indonesia (2010) yang disusun M Ma’ruf, NV Ceres, sebuah pabrik cokelat rumahan yang berada di kota Garut, awalnya berada di bawah kepemilikan orang Belanda.
Namun, menjelang kedatangan serdadu-serdadu Jepang pada tahun 1942, pemilik Belanda berencana untuk menjual aset-asetnya dengan harga murah. Salah satu aset yang berhasil dibeli adalah NV Ceres.
Orang yang beruntung membeli pabrik cokelat ini adalah Ming Chee Chuang, seorang pria asal Burma yang kemudian menetap di Bandung pada masa penjajahan kolonial. .
Setelah melewati masa-masa sulit di era revolusi bisnis (1945-1949), Chuang dapat dengan tenang menjalankan bisnis cokelatnya.
Pada tahun 1950, ia mengubah nama NV Ceres menjadi PT Perusahaan Industri Ceres.
Dalam catatan Ahmad Fuad Afdhal dalam bukunya yang berjudul Mitos-mitos Bisnis: Antara Fakta dan Teori (2004:127), terungkap bahwa pada awal bisnisnya, Ceres menggunakan merek Ritz untuk biskuit wafer dan cokelat yang diproduksinya pada tahun 1951.
Namun, kemudian merek tersebut diklaim oleh Nabisco Foods. Akhirnya, merk Ritz menjadi milik Ceres.
Di masa lalu, iklannya menyebut:Pada tahun 1950-an, berdasarkan laman Petra Foods, SilverQueen dan Ceres telah menjadi merek yang dikenal luas.
SilverQueen, terutama, menjadi cokelat yang cukup diminati oleh anak muda.
Pada masa lampau, iklannya mengemukakan pesan: “Hidup bukan untuk makan segala macam cokelat. Juga bukan makan cokelat untuk hidup. Akan tetapi hidup sekali untuk menikmati rasa cokelat SilverQueen.”
SilverQueen, yang merupakan campuran cokelat dengan kacang mede, lahir karena pada tahun 1950-an, membuat cokelat batangan di negara tropis seperti Indonesia merupakan hal yang mustahil tanpa dukungan teknologi yang memadai.
Namun, Chuang tidak kekurangan akal. Ia mencampur adonan cokelat dengan kacang mede, sehingga menghasilkan cokelat batangan yang kuat seperti beton bertulang dan akhirnya menciptakan SilverQueen dengan keunikan rasa yang khas.
Pada tahun 1950-an, pemerintah Indonesia meluncurkan Program Benteng untuk mengurangi dominasi perusahaan-perusahaan asing dalam perekonomian yang berdampak pada hajat hidup masyarakat.
Meskipun Chuang bukan pribumi dan tidak mendapatkan fasilitas yang sama dalam Program Benteng, bisnisnya tetap berkembang pesat.
SilverQueen dan Ceres semakin dikenal tidak hanya di Garut, tetapi juga di Bandung dan sekitarnya.
Prestasi Chuang semakin gemilang saat Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955.
Ia mendapat pesanan cokelat dalam jumlah besar untuk acara tersebut dan akhirnya memindahkan pabriknya dari Garut ke Bandung.
Chuang terkenal sebagai ahli dalam pembuatan cokelat yang lezat.
Ming Chee Chuang mewariskan PT Perusahaan Industri Ceres kepada anak-anaknya.
John Chuang, anak tertua, kemudian menjadi CEO yang mengendalikan perusahaan tersebut dari kantor pusat di Singapura.
Joseph Chuang mengurusi komunikasi dengan peritel, sementara William Chuang lebih fokus pada food service dan operasional pabrik.
Pada tahun 1984, anak-anak Chuang mendirikan Petra Foods dan menjadikannya kantor pusat di Singapura.
PT Ceres menjadi salah satu anak perusahaan Petra Foods.
Mereka juga mulai berbisnis di Indonesia pada tahun 1987 dengan mendistribusikan merek ketiga.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan ekspansi bisnis cokelat di Filipina pada tahun 1988 dan pengadaan bahan baku di Thailand pada tahun 1989.
Kerjasama dengan industri Jepang dan negara lain telah membantu dalam pengembangan produk.
Iklan-iklan produk dari keluarga Chuang sering kali muncul di televisi Indonesia, menciptakan kesadaran akan merek-merek mereka.
Meskipun menurut buku Ekonomi Indonesia, konsumsi cokelat di Indonesia pada saat itu masih rendah dan belum menjadi barang konsumsi pokok, PT Perusahaan Industri Ceres terus bertahan dan sekarang menjadi salah satu produsen cokelat terbesar di dunia.***