Menyontek adalah perilaku buruk. Perilaku menyontek di sekolah tampaknya sudah menjadi fenomena yang tak asing lagi di dunia pendidikan.
Banyak siswa yang melakukannya dengan berbagai alasan. Praktik menyontek akan merusak integritas pribadi, mengikis moral generasi muda dan pada akhirnya menciptakan budaya yang tidak jujur dalam masyarakat.
Untuk itu, mencegah perilaku menyontek di sekolah bukan hanya tugas guru atau orang tua melainkan tanggung jawab bersama antara siswa, orang tua, guru, dan masyarakat.
Berdasarkan temuan Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024, yang dirilis Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (2025) terkait kondisi integritas di Indonesia dalam hal kejujuran akademik menunjukkan bahwa kasus menyontek masih ditemukan pada 78% sekolah dan 98% kampus. Artinya, perilaku menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah dan kampus.
KPK mendorong langkah-langkah untuk mengatasi masalah menyontek ini. Pertama, penting untuk memahami bahwa menyontek bukanlah kesalahan sepele, ia merupakan awal dari kebiasaan kebiasaan buruk.
Jika sejak kecil orang terbiasa memanipulasi nilai tanpa adanya usaha yang jujur, maka kemungkinan besar ia akan membawa mentalitas tersebut kedalam kehidupan dewasa, baik dalam dunia kerja atau kehidupan sosial. Disinilah pendidikan karakter harus berperan penting.
Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengajar ilmu pengetahuan saja tapi juga sebagai tempat pembentukan karakter yang berakhlakul karimah.
Kedua, pencegahan menyontek seharusnya dimulai dari menciptakan sistem pendidikan yang sehat.
Banyak siswa yang beranggapan bahwa nilai adalah segalanya sementara proses pembelajaran selalu di abaikan.
Tekanan untuk selalu mendapat nilai sempurna membuat siswa cenderung mencari jalan pintas.
Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menekankan bahwa nilai bukan satu satunya tolak ukur keberhasilan.
Pujian dan penghargaan harus di berikan kepada proses belajar yang jujur bukan hanya hasil akhir.
Guru juga harus menanamkan pemahaman bahwa kegagalan bukanlah aib, melainkan bagian dari proses belajar.
Faktor menyontek bisa disebabkan dengan beberapa hal misalnya kurangnya rasa percaya diri, keinginan untuk mendapatkan nilai yang sempurna dan kurangnya pengetahuan tentang materi pembelajaran.
Bisa juga dari lingkungan belajar yang kurang kondusif dan kurangnya variasi dalam lingkungan belajar atau bahkan bisa karena faktor tekanan teman sebaya, atau pengaruh orang tua yang memaksakan untuk bisa mendapatkan nilai yang sempurna, jadinya dia membawa jalan pintas.
Pembelajaran yang interaktif dan bermakna juga menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi minat siswa menyontek.
Ketika siswa merasa pembelajaran relevan dengan kehidupan mereka dan diberikan ruang untuk mengeksplorasi ide, maka motivasi intrinsik mereka akan meningkat.
Siswa yang termotivasi secara internal cenderung tidak tertarik untuk menyontek karena mereka menikmati proses belajar itu sendiri.
Peran orang tua juga sangat penting. Orang tua seharusnya tidak hanya fokus pada nilai akhir anak, tetapi juga memperhatikan bagaimana anak belajar.
Ketika orang tua lebih menghargai kejujuran dan usaha di bandingkan dengan nilai hasil akhir, anak akan merasa lebih aman untuk belajar secara jujur meskipun hasilnya belum sempurna.
Komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah menjadi kunci agar nilai nilai kejujuran terus di tegakkan dalam berbagai lingkungan.
Teknologi juga bisa menjadi alat bantu bukan sekedar alat pengawas. Misalnya, sistem ujian digital bisa di rancang untuk mencegah kecurangan.
Tetapi yang lebih penting adalah menggunakannya untuk membentuk evaluasi yang lebih personal dan fleksibel, di mana siswa diuji berdasarkan kemampuan mereka yang sebenarnya dan bukan dengan cara yang membuat mereka merasa harus menyontek untuk berhasil.
Namun semua ini tidak akan efektif tanpa adanya keteladanan dari para pendidikan dan pemimpin, guru, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat harus menunjukan sikap jujur dan tegas dalam menghadapi kecurangan.
Ketika siswa melihat bahwa kejujuran dijunjung tinggi dan kecurangan tidak di toleransi mereka dan lebih menghargai nilai nilai tersebut.
Solusi agar tidak mencontek yaitu kesadaran diri kita bahwa mencontek itu dosa dan mencontek bukanlah perilaku yang baik melainkan perlilaku buruk bahkan bisa berdampak ke kehidupan kita selanjutnya.
Kemudian persiapan yang baik, belajar dari jauh-jauh hari, tiap hari harus belajar rutin meskipun tidak lama tapi harus konsisten.
Atur waktu belajarnya, pahami, bukan hanya mengahapal tetapi juga harus dimengerti.
Selain itu, lingkungan yang positif dan harus berteman dengan orang-orang yang menghargai nilai kejujuran, dan kita harus berani jujur tanamkan bahwa nilai bisa diperbaiki, tapi akhlak sulit di bangun kembali. Maka dari itu siswa harus bisa belajar jujur sejak dini.
Penulis: Siti Euis Yulianti
(Siswa SMAN 19 Garut)