WARTAGARUT.COM – Wasekjen Partai Ummat dan calon legislator DPR RI Dapil Jawa Barat XI (Kab. Garut, Kab. Tasik, dan Kota Tasik), Epi Zaenal Hanafi, memberikan penilaian terhadap sikap politik Kyai Nonop yang dahsyat dan menyengat selama kunjungan Anies Rasyid Baswedan ke Ciamis.
“Ketegasan sikap Kyai Nonop ini menggambarkan sebagai seorang ulama ‘Singa Ciamis’,”jelasnya.
Dalam pandangannya, sikap Kyai Nonop menjadi sentimen positif bagi umat Islam yang menginginkan kebangkitan umat, khususnya kekuatan politik Islam di Republik ini.
“Sikap Kyai Nonop mencerminkan perasaan banyak umat Islam yang berharap para ulama dan tokoh Islam lainnya dapat bangkit kembali memiliki rasa percaya diri. Sikap politik Kyai Nonop mencerminkan keinginan akan kepemimpinan ulama dalam menjalankan amanah politiknya,”ujar Epi Zaenal Hanafi melalui rilis kepada WartaGarut.com pada Minggu, 7 Januari 2024.
Dalam konteks tersebut, Epi Zaenal Hanafi mengemukakan bahwa jika ulama dan para tokoh Islam lainnya, baik secara organisatoris maupun individualis, bersatu dengan sikap politik yang sama seperti Kyai Nonop,maka kekuatan politik Islam dapat bangkit kembali dan bahkan menjadi penentu di negeri mayoritas muslim ini.
Umat Islam melalui kekuatan politiknya di Nusantara ini tidak sekadar menjadi pengikut, pendukung atau pengusul, tetapi akan menjadi kekuatan utama dalam setiap pemilihan presiden.
Meskipun begitu, Caleg DPR RI dari Partai Ummat ini mengkritisi aturan main Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) yang dibuat serentak.
Epi Zaenal Hanafi menyoroti dampak pilpres dan pileg yang diselenggarakan secara serentak ini membuat terpecahnya kekuatan politik Islam, terutama relawan AMIN dan koalisi partainya, yang harus membagi fokus antara Pilpres dan Pileg.
“Jika Pilpres dan Pileg dilaksanakan dalam waktu yang berbeda, energi positif dari sikap Kyai Nonop akan menjadi daya dorong luar biasa bagi seluruh kekuatan politik Islam, termasuk relawan AMIN dan partai koalisinya,” tegasnya.
“Sangat disayangkan yang terjadi kini adalah relawan AMIN lebih fokus pada perjuangan memenangkan pertarungan di Pilpres sedangkan perjuangan di medan parlemen menjadi kurang mendapat perhatian,”ujarnya
Hal serupa juga dialami oleh relawan atau Tim Pemenangan para caleg Koalisi AMIN fokus kepada pemenangan calegnya masing-masing. Kondisi ini sebagai bukti terpecahnya konsolidasi kekuatan politik Islam,”tambahnya.
Ia menegaskan kembali bahwa fenomena ini tak lepas dari pengaturan penyelenggaraan Pilpres dan Pileg yang serentak.
Meskipun upaya sinergi dilakukan antara relawan AMIN dan relawan caleg partai koalisi, namun kata Ia, masih banyak kasus ditemukan pilihan yang tidak pararel (sama) antara pilihan presidennya dengan caleg dari koalisinya.
“Di tengah berbagai efek negatif diselenggarakannya Pilpres dan pileg secara serentak ini, maka viralnya sikap politik ‘Singa Ciamis’ ini menyadarkan umat Islam untuk bersatu, baik dalam memenangkan AMIN juga merebut kursi mayoritas di parlemen,”tegasnya. (Soni)