Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan.
Pada saat ini, keterampilan siswa dalam menulis sangat kurang peminatnya, padahal kemampuan menulis menjadi salah satu kompetensi utama dalam menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21, sehingga peran guru bahasa maupun sastra di sini sangat diperlukan agar selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menarik siswanya dalam meningkatkan keterampilan menulis.
Kurangnya keterampilan dalam menulis, tentu akan berpengaruh terhadap kompetensi siswa dalam mengemukakan ide yang kreatif dan imajinatif khususnya dalam menulis puisi.
Berbicara mengenai menulis, tentunya sudah kita ketahui bahwa menulis adalah upaya menggambarkan tentang pikiran, ide, perasaan dalam bentuk simbol. Simbol yang dimaksud di sini adalah simbol sistem bahasa penulisan.
Selanjutnya mengenai puisi, beberapa ahli dalam karya sastra memberikan pendapat mengenai puisi, salah satunya adalah Herman J. Waluyo.
Herman J. Waluyo menjelaskan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan
mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Dan puisi yang baik adalah puisi yang mampu membangkitkan perasaan pembaca dan membuat suasana puisi lebih hidup dengan penggambaran melalui bahasa figuratif.
Sehingga dapat kita ketahui, menulis puisi adalah sebuah proses aktivitas berpikir manusia dan merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung atau bahasa tulis secara produktif dan ekspresif serta didukung oleh proses pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisannya.
Menulis puisi bukan sekadar aktivitas estetik, tetapi juga merupakan bentuk komunikasi produktif dan ekspresif.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka yang menekankan profil pelajar Pancasila, kemampuan menulis puisi dapat mendukung penguatan nilai-nilai seperti bernalar kritis, mandiri, dan berkebhinekaan global.
Sayangnya, banyak siswa belum menyadari bahwa menulis puisi bisa menjadi sarana refleksi diri dan ekspresi sosial yang bermakna.
Di Indonesia banyak sekali penulis puisi yang sangat menginspirasi, yaitu Chairil Anwar dengan puisinya yang berjudul “Aku”, Sapardi Djoko Damono dengan puisinya yang berjudul “Pada Suatu Hari Nanti”, Taufiq Ismail dengan puisinya yang berjudul “Tuhan Sembilan Senti” dan sebagainya. Puisi mereka jarang sekali dibaca oleh siswa.
Mungkin jika diperintah oleh guru sastranya mereka akan membaca dan jika tidak, mereka tidak akan sedikitpun mencari tahu atau membacanya sebagai referensi dalam menulis puisi yang imajinatif.
Saat pembelajaran menulis puisi, banyak siswa yang menganggap bahwa puisi ini hanya sekadar materi tambahan yang terkadang disepelekan.
Dengan demikian, nilai apresiasi yang dilakukan siswa tidak ada. Sehingga kemampuan siswa dalam belajar menulis puisi masih rendah.
Mungkin bagi sebagian orang menulis merupakan suatu kegiatan yang cukup membosankan, karena tidak semua orang menyukai kegiatan menulis dan mempunyai hobi dalam menulis sebuah puisi. Serta adanya anggapan siswa yang menurutnya bahwa
keterampilan menulis puisi kurang penting dengan pembelajaran lainnya, yang pada akhirnya itu berdampak langsung pada kemampuan siswa yang mengalami kesulitan ketika diberi tugas menulis puisi.
Biasanya kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis puisi adalah menentukan tema dan pilihan kata yang tepat, oleh karena itu guru sastra perlu memberikan gambaran mengenai tema dalam penulisan puisi.
Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik.
Mengapresiasikan puisi tidak hanya ditunjukkan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, tetapi berpengaruh terhadap tajamnya kepekaan perasaan, penalaran dan sebagainya.
Sebelum meningkatkan minat untuk menulis puisi terhadap siswanya, guru sastra sendiri harus mempunyai minat dalam menulis puisi dan minimal telah mempunyai beberapa karya puisi sendiri yang akan dijadikan contoh untuk siswanya jika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Bagi seorang guru sastra menulis puisi itu sangat penting, karena agar dapat menarik perhatian siswa kemudian termotivasi dengan karya puisi pengajarnya.
Tren saat ini menunjukkan bahwa media digital dapat menjadi ruang baru yang efektif untuk menumbuhkan minat menulis siswa.
Guru dapat memanfaatkan platform seperti blog, Instagram, Wattpad, atau bahkan bahkan aplikasi Mobile Cipta Puisi (MCP) yang dibuat oleh Ibu Ari Kartini, M.Pd. salah satu dosen IPI Garut bisa digunakan sebagai media publikasi hasil karya siswa.
Hal ini sejalan dengan semangat literasi digital dan pembelajaran berbasis teknologi yang sedang digaungkan dalam dunia pendidikan.
Sebagai seorang guru sastra, menulis puisi itu merupakan kegiatan untuk meningkatkan ilmu dan wawasan terhadap salah satu karya sastra.
Dalam kegiatan menulis puisi itu melewati rangkaian proses kreatif dalam penulisannya, baik itu dari segi kebahasaan, diksi, dan teknik penulisannya.
Selain itu, seorang guru sastra juga tentunya akan mengajarkan berbagai hal mengenai penulisan puisi kepada anak didiknya.
Sesuai dengan penjelasan itu, sebelum guru sastra mengajarkan pembelajaran mengenai menulis puisi, tentunya guru sastra itu sendiri harus mempunyai pengalaman dalam pembelajaran puisi, cara menulis puisi dengan baik, melewati rangkaian proses kreatif dalam penulisannya dan sebagainya.
Dengan hal itu, guru sastra dapat memperkenalkan berbagai proses penulisan atau tahapan-tahapan dalam menulis puisi kepada siswanya dan berupaya juga untuk mengajak siswanya dalam meningkatkan minat siswa dalam menulis salah satu karya sastra yaitu puisi.
Karena sebelum seorang guru sastra menerapkan minat dalam menulis puisi terhadap siswanya, tentunya guru sastra itu sendiri harus mempunyai keinginan dan minat yang tinggi dalam menulis puisi.
Pembelajaran menulis puisi sering dipandang sebagai kegiatan yang menyulitkan. Aspek keterampilan menulis menduduki tingkat tertinggi dari aspek lainnya yaitu menyimak, berbicara dan membaca.
Keterampilan menulis siswa khusunya dalam menulis puisi akan baik jika siswa telah menguasai aspek keterampilan sebelumnya, karena menulis merupakan suatu proses.
Pembelajaran menulis puisi berbeda dengan pembelajaran menulis surat lamaran dan surat laporan. Jika dilihat dari kacamata masyarakat awam, seringkali menulis puisi ini dianggap sebagai suatu pembelajaran yang tidak ada manfaat sedikitpun dalam kehidupan.
Puisi hanya dianggap sebagai kegiatan melebih-lebihkan kata, kata-kata lebay dan tidak berguna. Menulis puisi hanya untuk para remaja yang sedang jatuh cinta dan kata-kata untuk merayu pasangan, padahal menulis puisi tidak selalu tentang percintaan.
Ternyata banyak sekali manfaat bagi seorang siswa dalam menulis puisi diantaranya, pertama meningkatkan kreativitas dalam mengolah kata/diksi, jika siswa terlatih dalam menggukan diksi yang tepat dalam menulis puisi maka dalam kehidupan sehari-harinya akan terbiasa berbahasa yang santun dan baik.
Karena ketika menulis puisi dibutuhkan keterampilan dalam menyusun kata, gaya bahasa, serta rima yang tepat dan indah.
Kedua meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya, apalagi jika karya-karyanya didukung oleh sekitar dan terbit menjadi buku antologi puisi.
Ketiga, menambah pengetahuan dan pengalaman, karena dengan menulis puisi akan mendapatkan suatu pengalaman dan menjadi suatu kebanggaan karena kita memanfaatkan waktu luang menjadi produktif.
Pada pembelajaran menulis sastra khususnya dalam menulis puisi siswa perlu dibimbing, diarahkan dan diberi motivasi.
Tujuannya yaitu supaya proses pembelajaran menulis puisi menyenangkan, tidak membosankan dan siswa dapat mengurangi rasa tidak percaya diri serta rasa takut jika karyanya tidak diterima dan dihargai.
Dari pembelajaran tersebut, siswa mendapat manfaat tertentu dalam belajar sastra. Jadi, siswa tidak hanya sekadar membaca kata- kata, menikmati estetika fiksi, menghayati melalui emosi, melainkan akan mengekspresikan gagasannya melalui bentuk tulisan, yaitu puisi.
Dengan demikian, sebagai seorang guru sastra perlu adanya upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis puisi.
Pertama berikan perhatian lebih terhadap pembelajaran menulis puisi, karena jika diberikan perhatian dengan salah satu cara yaitu memberi gambaran mengenai cara menulis puisi dengan baik siswa akan merasa bahwa menulis puisi itu sangat penting dan tidak akan disepelekan.
Kedua menindaklanjuti hasil karya siswa, jika guru sastra memberikan evaluasi berupa pujian atau penguatan terhadap karya siswa itu adalah bentuk apresiasi yang sangat berpengaruh terhadap siswa, karena dengan itu semangat untuk membuat suatu karya sastra pasti menggebu dan membuat siswa ketagihan khususnya dalam menulis puisi.
Ketiga berikan pelatihan menulis puisi, sebagai guru sastra yang menyayangi anak didiknya pasti akan memberikan tugas tambahan menulis puisi agar kemampuan siswa dalam penulisan itu terasah dalam segi apapun.
Keempat gunakan media yang tepat dan menarik perhatian siswa, penggunaan media baik itu audio, visual, maupun audio visual dalam pembelajaran menulis puisi sangatlah penting sehingga siswa tertarik dan menganggap bahwa pembelajaran menulis puisi ini merupakan pembelajaran yang luar biasa dan sangat berarti.
Maka dari itu, sebagai calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia harus mempunyai kemampuan untuk meningkatkan minat siswa agar siswa dapat mencintai dan menciptakan suatu karya sastra khususnya dalam menulis puisi kreatif dan imajinatif dengan salah satu cara membaca puisi para penulis inspiratif untuk dijadikan sebagai bahan referensi.
Penulis: Eva Julianti
Mahasiswa PPG Prajabatan, IPI Garut