STIKes Karsa Husada Garut melalui Tim Pengabdian Masyarakatnya mengadakan pelatihan bertema “Bahaya Pernikahan Dini sebagai Upaya Pencegahan Stunting” di SMA Muhammadiyah Wanaraja, Kabupaten Garut, pada Jum’at, 23 Agustus 2024.
Kegiatan yang diikuti oleh 37 remaja putri ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap dampak buruk pernikahan dini dan kaitannya dengan stunting pada balita.
Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Wanaraja menyambut hangat kedatangan tim pelatihan dan mengapresiasi inisiatif ini.
“Terima kasih telah memilih SMA Muhammadiyah Wanaraja untuk menerima pelatihan bahaya pernikahan dini sebagai upaya pencegahan stunting,”ujarnya.
“Kami berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan para siswa tentang pentingnya menunda pernikahan dini demi kesehatan dan masa depan mereka,”harapannya.
Tim Pengabdian Masyarakat STIKes Karsa Husada Garut, yang terdiri dari H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes, Siti Nurcahyani Ritonga, SST., M.K.M, dan Nofita Setiorini Futri Purwanti, S.Tr. Keb., M.Kes, menyampaikan berbagai materi mengenai risiko pernikahan dini dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi kesehatan reproduksi serta meningkatkan angka stunting.
Para siswa diberikan kesempatan untuk mengikuti pretest sebelum pemaparan materi, diikuti oleh diskusi interaktif dan sesi tanya jawab yang penuh antusias.
H. Engkus Kusnadi, salah satu pemateri, menegaskan bahwa Pernikahan dini, umumnya melibatkan remaja dengan rentang usia 10-19 tahun, memiliki berbagai dampak negatif, termasuk masalah kesehatan pada ibu dan anak.
“Salah satu risiko terbesar adalah stunting pada balita yang dilahirkan dari pernikahan usia muda, di mana sang ibu belum siap secara fisik maupun mental untuk menjalani kehamilan dan merawat anak,”tuturnya
Ia menegaskan pentingnya pemahaman mendalam mengenai bahaya ini agar remaja putri lebih sadar akan pentingnya menunda pernikahan hingga mencapai usia dewasa.
Selain itu, para peserta juga diajarkan cara pengukuran antropometri yang benar pada balita untuk memantau tanda-tanda stunting sejak dini.
“Pengukuran antropometri yang benar menjadi salah satu langkah penting dalam pencegahan stunting. Dengan memantau tumbuh kembang anak sejak dini, kita bisa menghindari risiko kekurangan gizi yang berdampak pada kesehatan jangka panjang mereka,” jelas Siti Nurcahyani Ritonga.
Pelatihan ini ditutup dengan posttest untuk mengukur pemahaman peserta setelah menerima materi. Para remaja putri yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, dan berharap ilmu yang didapat dapat membantu mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan reproduksi dan pernikahan.
“Kami sangat senang mengikuti pelatihan ini, karena banyak pengetahuan baru yang kami dapat tentang pentingnya menunda pernikahan dini demi kesehatan kami dan generasi mendatang,” ungkap salah satu peserta.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan pernikahan dini serta stunting di Kabupaten Garut, khususnya di kalangan remaja putri.
Tim STIKes Karsa Husada Garut berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan pelatihan serupa di berbagai sekolah, demi menciptakan generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan menunda pernikahan.***