WARTAGARUT.COM – Tak sekadar menjalani hukuman, para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIA Garut kini mendapat ruang untuk memperbaiki diri melalui kegiatan keagamaan.
Lapas Garut secara rutin menyelenggarakan pesantren “Taubatul Mudznibin”, sebuah program pembinaan berbasis spiritual yang bertujuan menumbuhkan kesadaran religius dan moral islami bagi para penghuni lapas.
Kegiatan yang digelar setiap Senin hingga Kamis dan Sabtu, pukul 08.30–10.00 WIB ini diisi oleh para pengajar dari Kementerian Agama (Kemenag) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut
Para WBP belajar Al-Qur’an, fiqih, akidah akhlak, tafsir, dan hadits sesuai dengan kemampuan masing-masing.
“Pesantren ini bukan hanya pembelajaran agama, tetapi juga proses penyembuhan batin. Kami ingin para warga binaan memiliki semangat baru untuk hijrah dan memperbaiki diri,” ujar Kepala Lapas Kelas IIA Garut saat ditemui di sela kegiatan, Senin (6/10/2025).
Selain pembelajaran rutin, setiap Senin dan Rabu dilaksanakan kegiatan “Siraman Qolbu” — sesi tausiyah dan motivasi spiritual untuk menyegarkan hati dan menumbuhkan semangat hijrah.
Momen ini menjadi ruang refleksi agar para peserta siap mengikuti pembelajaran dengan hati terbuka.
Program ini mendapat sambutan positif dari para WBP.
Banyak di antara mereka mengaku merasakan ketenangan batin dan dorongan kuat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
“Kami menyadari kesalahan kami. Lewat pesantren ini, kami belajar kembali bagaimana menjadi manusia yang berguna dan diterima masyarakat,” ungkap salah satu WBP yang mengikuti kegiatan.
Lapas Garut menegaskan bahwa pembinaan spiritual menjadi bagian penting dalam proses pemasyarakatan. Tujuannya, agar para narapidana tidak hanya selesai menjalani masa hukuman, tetapi juga siap kembali ke masyarakat dengan akhlak yang lebih baik dan beriman kuat.
Dengan adanya program “Taubatul Mudznibin”, Lapas Kelas IIA Garut berharap dapat mencetak warga binaan yang tidak hanya taat hukum, tetapi juga taat agama — menjadikan keimanan sebagai pondasi utama menuju kehidupan baru yang lebih bermakna
Penulis : Soni Tarsoni















