WARTA GARUT – Terdapatnya perbedaan signifikan dalam laporan kerusakan rumah pada hari pertama dan hari kedua di Kecamatan Samarang disebabkan kondisi geografis.
“Cuman kalau dilihat kondisi geografis ini kan kampungnya itu tercecer gitu kan, sehingga laporan hari pertama jauh berbeda dengan laporan hari kedua. Nah sekarang laporan terakhir itu 180an dari awal 45,” ucap Wakil Bupati Garut (wabup), dr. Helmi Budiman, dalam keterangannya, di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Sabtu (4/2/2023), dalam rangka monitoring di pasca gempabumi Magnitudo 4,3.
Wabup mengungkapkan, diperkirakan jumlah kerusakan rumah di Kecamatan Pasirwangi akan bertambah mengingat jumlah kerusakan di Kecamatan Pasirwangi dalam laporan sebelumnya lebih banyak daripada Kecamatan Samarang.
“Nah kalau yang Samarang saja dari 45 ke 180, nah ini yang Pasirwangi ini belum selesai (verifikasi) karena lebih banyak yang Pasirwangi, yang Pasirwangi itu pertama aja yang hari pertama saja kan 450, mungkin itu lebih dari berapalah jadi belum (selesai), nah yang Pasirwangi mudah-mudahan hari ini selesai,” ucapnya.
Ia menuturkan, setelah data verifikasi selesai, pihaknya akan menentukan nominal bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat penyintas gempabumi yang rumahnya mengalami kerusakan, sesuai kemampuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Jadi kalau rusak ringan paling maksimal 2,5 juta, yang sedang maksimal 5 juta, dan yang berat maksimal 25, kalau 50 itu relokasi, ini kan tidak ada relokasi. Nah ini juga maksimal, ini kan akan dihitung langsung oleh (Dinas) Perkim sehingga nanti diketahui jumlah kerugiannya berapa,” tuturnya.
Wabup menegaskan, atas kejadian gempabumi itu, tidak ada yang harus dilakukan evakuasi dan relokasi, mengingat gempa terjadi dikarenakan pergerakan dari sesar garsela.
Dalam kesempatan ini juga, Wabup Garut menyerahkan secara simbolis bantuan makanan untuk penyintas bencana gempa bumi di Kecamatan Samarang.