WARTAGARUT.COM – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kapasitas dalam mendeteksi dini radikalisme, Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Garut dan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) menggelar Seminar Kebangsaan bertema “Meningkatkan Kesadaran dan Kapasitas dalam Mendeteksi Dini Radikalisme.”
Acara Seminar Kebangsaan itu diselenggarakan di Auditorium MAN 1 Garut pada Senin, 29 Juli 2024, dengan peserta yang terdiri dari guru bimbingan konseling (BK), kepala madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), dan madrasah aliyah (MA), baik negeri maupun swasta se-Kabupaten Garut.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut, Dr. H. Saepulloh, S.Ag., M.Pd.I., melalui Kepala Seksi Pendidikan Madrasah H. Surya Mulyana, M.Ag., menjelaskan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya deteksi dini radikalisme di lingkungan pendidikan.
“Seminar ini merupakan langkah konkret untuk mencegah dan menangkal radikalisme, terutama di sekolah atau madrasah. Kami berharap melalui deteksi dini, benih-benih radikalisme dapat diidentifikasi dan ditangani sebelum berkembang lebih jauh,” ujar H. Surya Mulyana.
Selama ini, kata Ia, Kementerian Agama Kabupaten Garut telah berkolaborasi dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kespangpol) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut dalam mengatasi isu radikalisme secara eksternal.
Sementara secara internal, pihak Kemenag memperkuat peran guru BK, karena mereka memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi individu siswa, termasuk latar belakang sosial dan ekonomi.
“Guru BK adalah garda terdepan dalam mendeteksi potensi radikalisme melalui pendekatan persuasif dan pemahaman mendalam tentang siswa,” tambah H. Surya Mulyana.
H. Surya Mulyana juga mengungkapkan bahwa radikalisme dapat muncul dari berbagai faktor seperti bullying, rasisme, body shaming, dan pelecehan seksual.
“Jika perilaku-perilaku negatif ini tidak ditangani dengan baik, mereka dapat menjadi bibit-bibit radikalisme. Misalnya, bullying yang membuat seseorang merasa lebih hebat dari orang lain, atau pelecehan seksual yang didasari oleh perasaan superioritas. Semua ini bisa memantik radikalisme jika tidak diatasi sejak dini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pendidikan dan wawasan kebangsaan sangat penting untuk mencegah radikalisme.
“Pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai kebangsaan dan toleransi harus ditanamkan sejak dini. Dengan begitu, kita bisa membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga kerukunan dan persatuan bangsa,” pungkas H. Surya Mulyana.
Penulis : Soni Tarsoni